Dedikasi Banser Menjaga Ulama

Pagi itu, udara di Sukorejo begitu cerah seakan menyambut ratusan peserta event Gojam #8 Gowes Berjemaah yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Haul Majemuk Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah tahun 2025. Rute yang menantang mulai dari jalan Tanah, paving, bebatuan, jalan lurus, berliku dan menanjak tidak hanya menjadi lintasan sepeda, tetapi juga menjadi perjalanan sehat para goweser.

Di antara rombongan para pesepeda, tampak sosok kiai yang penuh keteduhan. Beliau adalah KHR. Achmad Azaim Ibrahimy, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, yang pagi itu menyatu bersama jamaah menyusuri jalur gowes. Tidak ada jarak, tidak ada sekat, hanya kebersamaan, ketawadhuan, dan senyum semangat sehat.

Ketika jalur mulai menanjak dan sepeda mulai berat untuk dikayuh, seorang anggota Banser mendekat. Ia adalah Irsyadul Ibad dari Satkoryon Banser Banyuputih, yang tanpa diminta langsung menempatkan dirinya di sisi sang kiai. Dengan langkah mantap dan penuh hormat, ia membantu mendorong sepeda beliau menapaki tanjakan. Tidak ada komando, tidak ada aba-aba. Hanya naluri seorang pengabdi yang terbentuk dari keyakinan bahwa mendampingi dan menjaga ulama adalah kehormatan tertinggi dalam hidup seorang kader banser.

Di momen itu, tampak jelas bahwa pengabdian tidak selalu berbentuk tameng di tengah keramaian. Pengabdian kadang sesederhana membantu menaikkan sepeda di jalur licin atau membantu jamaah menyebrang jalan, Namun bagi Irsyadul Ibad, itu bukan kesederhanaan—itu adalah barokah. Ia meyakini bahwa setiap langkah yang ia ayunkan atas nama perjuangan dan pengabdian akan menjadi bagian dari jalan panjang keberkahan. Ia tahu, doa seorang kiai bisa menjadi suluh yang menjernihkan hati dan menguatkan tekad seorang pengabdi.

Bagi seorang Banser, tugas semacam itu bukan sekadar kegiatan fisik. Itu adalah ikrar batin, bahwa mereka siap menjaga marwah ulama, dan menjaga jalannya dakwah, meneruskan perjuangan. Tidak peduli medan terjal atau dataran rata, tidak peduli ramai atau sepi, mereka hadir dengan hati yang ikhlas siap melayani. Karena mereka paham, substansi menjadi seorang pengabdi bukanlah tampil di depan, melainkan memastikan mereka yang berjalan di depan mampu menuntun umat dengan aman dan damai.

Ketika akhirnya puncak tanjakan dilalui, sang kiai melirik dan memberikan senyum hangat seakan memberi pertanda terimakasih. Bagi Irsyadul Ibad, senyum itu adalah barokah yang jauh lebih bernilai daripada pujian apa pun. Itu adalah pengingat bahwa tugas mereka bukan sekadar rutinitas organisasi ini adalah bagian dari mata rantai perjuangan, mata rantai yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

“Itu adalah kebanggaan bagi saya sebagai Banser… bisa membersamai, mendampingi, dan menjaga beliau yang adalah seorang ulama.” kata irsyadul ibad ketika ditanya

”Dan selama ulama masih meniti jalan dakwah, akan selalu ada Banser yang setia di sisi mereka menjaga, mendampingi, dan menguatkan langkah. Sebab di sanalah letak hakikat pengabdian: hadir tanpa diminta, berkhidmah tanpa pamrih, dan meyakini bahwa barokah terbesar ada pada ketulusan dan keikhlasan menjaga perjuangan para muassis nahdlatul ulama.” pungkasnya

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Upgrading Organisasi: Langkah Awal Menatap Masa Depan Ansor Situbondo

Situbondo — Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Situbondo menyelenggarakan...

Bandara Militer satu-satunya di Indonesia ada di situbondo

Situbondo – Pembangunan Bandara Militer Kiai As’ad Syamsul Arifin...

Ansor Situbondo Bersiap Laksanakan Upgrading Organisasi

Situbondo - Pimpinan Cabang GP Ansor Situbondo bersiap menyelenggarakan...

PAC GP Ansor Banyuputih Gelar Sidang Isbat Nikah Terpadu

Banyuputih — Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Banyuputih...
spot_imgspot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here